MANAJEMEN PROGRAM IN HOUSE TRAINING (IHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENYUSUN MODUL AJAR PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 PALANGKA RAYA

Tujuan dalam penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan Manajemen Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Palangka Raya. maka supaya lebih jelas secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perencanaan Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar, (2) pengorganisasian Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar, (3) pelaksanaan Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar, (4) pengawasan Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan tiga macam teknik pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman bernama (flowchart analysis) atau diagram mengalir, yang mana memiliki kegiatan analisis meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian: perencanaan meliputi: 1) Mengadakan pertemuan rapat, 2) Membentuk Tim perencana In House Training (IHT, 3) Menganalisis kebutuhan guru, 4) Merencanakan prosedur, dan kebutuhan kegiatan In House Training (IHT). pengorganisasian meliputi: 1) Adanya rapat antara Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, dan Bendahara Sekolah. 2) Penunjukan Guru Pembantu penyelenggaran kegiatan In House Training (IHT). 3) Penentuan tema pelatihan, dan jadwal kegiatan. pelaksanaan meliputi: 1) Pelaksanaan kegiatan Program In House Training Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menyusun Modul Ajar berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 2) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai , sehingga pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar. 3) Materi yang disampaikan oleh Narasumber mudah dipahami oleh peserta pelatihan. 4) Narasumber melakukan presentasi dengan menggunakan metode komunikasi interaktif. 5) Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Narasumber memberikan tugas kepada peserta pelatihan, tugas ini berupa pembuatan modul ajar. pengawasan meliputi: 1) Kegiatan pengawasan dilakukan oleh Kepala Sekolah. 2) Kepala Sekolah melakukan pengecekan dan memantau situasi lokasi pengadaan pelatihan. 3) Kepala Sekolah ikut memberikan bantuan dan mengambil tindakan korektif bagi peserta pelatihan jika ada hal yang tidak dipahami. pendukung dan penghambat meliputi: 1) Peserta pelatihan terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan. 2) Tersedianya sarana dan prasarana dalam melaksanakan kegiatan. 3) Waktu pelaksanaan kegiatan, menganggu jam pelajaran. 3) Adanya guru yang belum mengusai teknologi, terutama Guru-guru yang memasuki usia pensiun.